PROFIL, ESTORIA, Di balik nama besar Xiaomi yang kini bersaing di jajaran raksasa teknologi dunia, ada sosok Lei Jun, pria kelahiran Xiantao, Provinsi Hubei, Tiongkok, 16 Desember 1969.
Ia bukan pewaris perusahaan besar, melainkan seorang programmer kampung yang meniti sukses dari bawah dengan kerja keras, rasa ingin tahu, dan visi besar untuk menjadikan teknologi lebih mudah diakses semua orang.
Perjalanan Lei Jun dimulai dari kecintaannya pada komputer sejak remaja. Menempuh pendidikan di Universitas Wuhan dan menyelesaikan kuliah hanya dalam dua tahun, sebuah prestasi yang mencerminkan kecerdasannya dan semangat belajar tanpa henti.
Setelah lulus, langkahnya menembus dunia profesional dimulai di Kingsoft pada tahun 1992.
Di perusahaan perangkat lunak itu, Lei Jun bukan hanya dikenal sebagai ahli teknis, tetapi juga sebagai pemimpin visioner. Ia meniti karier hingga menduduki posisi CEO pada 1998.
Di bawah arahannya, Kingsoft berkembang pesat dan berhasil melantai di Bursa Efek Hong Kong pada 2007, capaian besar yang menandai kematangannya sebagai pengusaha.
Namun setelah keberhasilan itu, Lei Jun memilih mundur. Ia beralih menjadi angel investor, mendukung berbagai startup yang kini sukses besar seperti UCWeb dan YY Inc.
Langkah itu memperluas pandangannya tentang dunia bisnis digital dan potensi ekonomi internet.
Bahkan jauh sebelum Xiaomi berdiri, Lei Jun telah menunjukkan insting bisnis tajam dengan mendirikan Joyo.com pada tahun 2000, platform e-commerce buku yang kemudian diakuisisi Amazon empat tahun kemudian.
Dari pengalaman itu, ia belajar bagaimana ekosistem digital bisa mengubah perilaku pasar.
Titik balik kariernya datang pada tahun 2010 ketika Lei Jun bersama Lin Bin, mantan eksekutif Google, mendirikan Xiaomi Corporation.
Awalnya, Xiaomi fokus pada pengembangan MIUI, sistem operasi berbasis Android. Namun Lei Jun memiliki visi yang jauh lebih besar.
Lei Jun memperkenalkan konsep Triathlon Business Model: menyatukan perangkat keras, perangkat lunak, dan layanan internet dalam satu ekosistem yang saling terhubung.
Strateginya sederhana namun revolusioner:
- Produk berkualitas tinggi dengan harga terjangkau.
- Margin keuntungan tipis, tetapi penjualan masif.
- Pemasaran digital berbasis komunitas pengguna aktif.
Pendekatan ini menjadi kunci sukses Xiaomi. Produk pertama mereka langsung mencuri perhatian pasar karena spesifikasi tinggi dengan harga kompetitif.
Lei Jun bahkan turun langsung menjual ponsel ke konsumen, simbol dedikasinya yang tinggi terhadap pengguna.
Karena gaya kepemimpinannya yang sederhana namun tajam, media internasional kerap menyebutnya sebagai Steve Jobs dari Tiongkok.
Namun, Lei Jun tak ingin sekadar menjadi peniru. Ia membawa Xiaomi melangkah lebih jauh, mengembangkan ekosistem Internet of Things (IoT) yang kini mencakup televisi pintar, perangkat rumah tangga, hingga mobil listrik.
Filosofi bisnisnya tetap sama: “Teknologi harus bisa diakses semua orang.”
Prinsip itu menjadi fondasi yang membuat Xiaomi bertahan dan terus tumbuh di tengah persaingan global yang ketat.
Dari seorang pemuda kampung di Hubei hingga menjadi CEO perusahaan teknologi raksasa, kisah Lei Jun membuktikan bahwa kesuksesan lahir dari visi, keberanian mengambil risiko, dan tekad untuk menciptakan sesuatu yang bermanfaat bagi banyak orang.
***






