Pengmas FIB UI 2025 Angkat Tema “Membangun Harmoni Hunian Vertikal di Menara Samawa, Pondok Kelapa”

Kamis, 27 November 2025 - 15:46 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Sejumlah Narasumber Program Pengabdian Masyarakat FIB UI 2025 di Menara Samawa, Pondok Kelapa, Jakarta Timur. Dari Kiri: Dr. Abdurakhman, S.S., M.Hum. (ketua tim Pengmas UI), Bapak Fikri (Ketua RT), Dr. Dyah Nurwidyaningrum, S.T., M.M., M.Ars. (Penyaji 1), dan Bobby Putra Setiawan (Penyaji 2). (Foto: A'yat Khalili/Doc. Estoria)

i

Sejumlah Narasumber Program Pengabdian Masyarakat FIB UI 2025 di Menara Samawa, Pondok Kelapa, Jakarta Timur. Dari Kiri: Dr. Abdurakhman, S.S., M.Hum. (ketua tim Pengmas UI), Bapak Fikri (Ketua RT), Dr. Dyah Nurwidyaningrum, S.T., M.M., M.Ars. (Penyaji 1), dan Bobby Putra Setiawan (Penyaji 2). (Foto: A'yat Khalili/Doc. Estoria)

Jakarta Timur – Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia (FIB UI) resmi meluncurkan program pengabdian masyarakat bertajuk “Membangun Harmoni Hunian Vertikal: Sosialisasi Norma Sosial dan Budaya di Menara Samawa RW 15, Pondok Kelapa, Jakarta Timur”, Minggu tanggal 23 November 2025.

Kegiatan ini dipimpin oleh Dr. Abdurakhman, S.S., M.Hum., bersama dengan tim dosen yang terdiri dari Dr. Raisye Soleh Haghia, M.Hum. dan Dr. Dwi Mulyatari, S.S., M.A., beserta tim mahasiswa dan tenaga kependidikan FIB UI, dengan dukungan Kelurahan Pondok Kelapa serta pengelola Menara Samawa.

Program ini hadir sebagai respons atas tantangan adaptasi sosial yang dialami penghuni hunian vertikal, terutama masyarakat yang sebelumnya tinggal di lingkungan horizontal.

Minimnya literasi mengenai pola hidup, penggunaan fasilitas bersama, serta etika bertetangga di lingkungan vertikal seringkali memicu konflik dan menurunkan kualitas hidup, terutama dalam soal kesehatan lingkungan dan keamanan.

Karena itu, sosialisasi dan pemberdayaan sosial dalam bidang penguatan budaya hunian vertikal dan manajemen kehidupan komunal menjadi sangat penting bagi masyarakat, khususnya di Menara Samawa.

Melalui program yang berlangsung selama enam bulan ini, Tim Pengmas FIB UI berupaya meningkatkan pemahaman penghuni mengenai norma sosial, pengelolaan ruang, dan interaksi komunitas yang sehat.

Program ini menargetkan 80 penghuni dari 20 lantai sebagai perwakilan komunitas. Dampak yang diharapkan mencakup peningkatan pemahaman norma hunian, terbentuknya interaksi yang harmonis, serta penguatan budaya kolektif seperti gotong royong dan pertemuan rutin warga.

Inisiatif tersebut sejalan dengan tujuan SDGs, yaitu SDG 3 (Kehidupan Sehat dan Sejahtera), SDG 10 (Mengurangi Kesenjangan), dan SDG 11 (Kota dan Komunitas Berkelanjutan).

Kegiatan Sosialisasi

Kolase Potret Kegiatan Pengmas FIB UI 2025 di Menara Samawa, Pondok Kelapa, Jakarta Timur (Foto: A'yat Khalili/Doc. Estoria)
Kolase Potret Kegiatan Pengmas FIB UI 2025 di Menara Samawa, Pondok Kelapa, Jakarta Timur (Foto: A’yat Khalili/Doc. Estoria)

Sebagai bagian dari tahap awal program, Tim Pengmas FIB UI menyelenggarakan kegiatan sosialisasi yang berlangsung pada hari Minggu, 23 November, pukul 09.30 hingga 11.30 WIB, bertempat di Balai Warga Menara Samawa.

Acara dipandu oleh Jauza selaku pembawa acara, dan dimoderatori oleh Fikri, yang juga menjabat sebagai Ketua RT setempat, dengan sambutan dari Bapak Andi Prab, selaku Ketua RW 15 di sana, yang menekankan pentingnya kolaborasi antara warga, pengelola, dan pihak akademisi untuk membangun lingkungan hunian vertikal yang sehat dan harmonis.

Ia menyampaikan rasa terima kasih atas hadirnya kegiatan Pengmas UI di Menara Samawa, sebab menurutnya, program ini dapat menjadi titik awal terciptanya motivasi dan partisipasi untuk merawat budaya hunian yang lebih tertib, nyaman, dan saling menghargai di antara warga.

Selanjutnya, Dr. Abdurakhman selaku ketua tim Pengmas UI memberikan pengantar mengenai justifikasi normatif program. Ia menegaskan bahwa pengabdian masyarakat merupakan inovasi sosial yang harus mampu menjawab kebutuhan nyata warga.

Dengan semakin banyaknya hunian vertikal di perkotaan, menurutnya, hadir pula tantangan baru terkait ruang dan masyarakat yang menempatinya, sehingga norma sosial di hunian vertikal harus dipahami dan disepakati bersama agar kehidupan kolektif dapat berjalan harmonis, sehat, saling peduli, dan berkelanjutan.

Sementara untuk pemberian materi, disampaikan oleh dua narasumber utama, yaitu Dr. Dyah Nurwidyaningrum, selaku Lektor Kepala Teknik Sipil Politeknik Negeri Jakarta dan Bobby Putra Setiawan, Manager Kawasan Synthesis Square.

Acara juga dihadiri oleh Ibu Deli, Ketua Bank Sampah Menara Samawa, yang selama ini berperan menerima dan mengelola barang-barang bekas yang dapat didaur ulang.

Paparan Materi: Tantangan dan Solusi Hunian Vertikal

Dr. Nurwidyaningrum, Lektor Kepala Teknik Sipil Politeknik Negeri Jakarta, Saat Menyampaikan Materi (Foto: A'yat Khalili/Doc. Estoria)
Dr. Nurwidyaningrum, Lektor Kepala Teknik Sipil Politeknik Negeri Jakarta, Saat Menyampaikan Materi (Foto: A’yat Khalili/Doc. Estoria)

Kepadatan penduduk di perkotaan semakin menuntut kehadiran hunian vertikal. Namun, pola hidup di hunian vertikal sering kali menghadirkan tantangan tersendiri, seperti Sick Building Syndrome (SBS) yang memicu ketidaknyamanan penghuni dan permasalahan kesehatan pernapasan seperti APSA, asma, alergi, dan gangguan saluran napas lainnya.

Terkait dengan hal itu, Dr. Dyah Nurwidyaningrum, menyampaikan pentingnya sirkulasi udara sehat, dengan menekankan hal-hal mendasar yang harus dijaga, dimulai dengan pengendalian kualitas udara dalam ruangan, pemanfaatan ventilasi alami secara optimal, pengurangan sumber polutan domestik, serta peningkatan kebersihan area hunian dalam menjaga kesehatan lingkungan dan rumah penghuni.

Hal itu menurutnya, bisa dimulai dari cara hidup alami, bagaimana udara di dalam ruangan harus terus berganti dengan disiplin membuka jendela secara silang, tidak merokok di dalam unit hunian, menghindari pengaturan AC pada suhu terlalu rendah, dan mengurangi paparan cairan pembersih kimia, pengharum ruangan berbahan kimia, serta asap rokok, baik di dalam unit maupun area komunal.

Dr. Dyah juga menekankan bahwa langkah-langkah ini perlu dimulai sejak tahap desain arsitektur, seperti memastikan gedung ramah lingkungan dan memperhatikan norma hukum serta sosial dalam hunian vertikal.

Selain itu, area publik seperti lift, parkiran, balai warga, dan mushala perlu dikelola agar tetap kondusif dan aman bagi seluruh penghuni.

Sejalan dengan itu, Bapak Bobby melanjutkan ke soal etika pemanfaatan fasilitas bersama, dengan menyoroti berbagai perilaku penghuni yang perlu diperbaiki untuk menjaga keberlangsungan hunian vertikal, seperti tidak menyerobot antrian lift, tidak membuang minyak ke saluran cuci piring atau wastafel, menghindari rambut masuk ke saluran air kamar mandi, dan juga pentingnya melakukan perawatan AC secara berkala. Di samping antisipasi terhadap potensi kebakaran, terutama terkait instalasi listrik yang wajib sesuai standar SNI.

Dalam sesi diskusi, para peserta menyampaikan sejumlah pertanyaan terkait tantangan kesehatan dan pengelolaan. Pertama dari Bu Tati Jaenah, mengkhawatirkan masalah pernapasan yang dialaminya, terutama karena ia hanya memiliki waktu terbatas untuk membuka jendela akibat pulang larut malam.

Apakah membuka jendela pada pukul 03.00–07.00 pagi sudah cukup efektif, sembari menambahkan bahwa sebagai penghuni lantai teratas ia kerap merasakan sensasi “dingin yang aneh”?

Menanggapi hal tersebut, Dr. Dyah menjelaskan bahwa pagi hari memang menjadi waktu ideal untuk pertukaran udara karena aktivitas kendaraan masih rendah dan proses fotosintesis tanaman mulai menghasilkan oksigen segar.

Ia juga menekankan bahwa ventilasi sebaiknya tidak hanya dibuka di dalam unit, tetapi juga di area koridor agar sirkulasi udara mengalir lebih merata. Selain itu, ia merekomendasikan penempatan tanaman tertentu di depan unit sebagai upaya sederhana untuk meningkatkan kualitas udara dalam ruangan.

Pertanyaan berikutnya disampaikan oleh Irfan, yang menyoroti pentingnya penguatan aturan terkait perilaku merokok di lingkungan hunian. Ia menilai bahwa norma sosial saja belum cukup dan tetap diperlukan kebijakan yang lebih tegas untuk menciptakan lingkungan yang sehat, terutama setelah dirinya menjadi lebih sensitif terhadap kualitas udara sejak memiliki anak.

Menanggapi hal tersebut, Pak Fikri selaku Ketua RT setempat menjelaskan, bahwa persoalan tersebut memang berada pada ranah kebijakan pengelolaan gedung. Aturan sebenarnya sudah ada, termasuk ketentuan dari pengelola terkait area merokok, tetapi implementasinya masih belum berjalan optimal.

Ia menegaskan bahwa pihak RT akan terus berupaya meningkatkan kesadaran penghuni mengenai pentingnya kedisiplinan dalam menjaga kualitas udara dan kenyamanan bersama di hunian vertikal.

Melalui rangkaian diskusi dan tanya jawab ini, terlihat dengan jelas bahwa tantangan hunian vertikal bukan semata-mata persoalan teknis bangunan, tetapi juga mencakup aspek perilaku, kesadaran lingkungan, kesehatan, dan tata kelola komunitas.

Program pengabdian masyarakat FIB UI 2025 di Menara Samawa memberikan ruang dialog yang penting antara akademisi, pengelola, dan warga untuk memahami kebutuhan bersama serta merumuskan solusi yang realistis dan mudah diterapkan.

Kesadaran penghuni dalam menjaga kualitas udara, menghormati ruang bersama, dan mematuhi aturan yang ada, menjadi fondasi utama untuk mewujudkan lingkungan hidup vertikal yang sehat, aman, dan harmonis.

Dengan kolaborasi berkelanjutan antarwarga, pengelola, dan institusi pendidikan, diharapkan budaya hunian yang lebih tertib, sehat, dan inklusif dapat tumbuh dan mengakar kuat di Menara Samawa serta diharapkan menjadi model percontohan yang dapat diadaptasi oleh hunian vertikal lain di Jakarta maupun kota-kota besar di Indonesia.

Facebook Comments Box

Penulis : Khalili

Editor : Munawir

Follow WhatsApp Channel estoria.id untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Berita Terkait

Lipsus Estoria: Menyelami Isu Lebih Dalam
Berita ini 21 kali dibaca

Berita Terkait

Kamis, 27 November 2025 - 15:46 WIB

Pengmas FIB UI 2025 Angkat Tema “Membangun Harmoni Hunian Vertikal di Menara Samawa, Pondok Kelapa”

Senin, 1 September 2025 - 00:35 WIB

Lipsus Estoria: Menyelami Isu Lebih Dalam

Berita Terbaru