Malatè Artspace Luncurkan Buku Balai Desa dan Hantu-Hantu Nippon, Hadirkan Penyair M. Faizi

Jumat, 31 Oktober 2025 - 16:08 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

M Faizi (kanan) saat Membedah Buku Romzul Falah:

i

M Faizi (kanan) saat Membedah Buku Romzul Falah: "Balai Desa dan Hantu-Hantu Nippon" bersama Daviatul Umam di Cangkir Cafè Sumenep, Jumat 31 Oktober 2025 (Foto: doc. estoria.id)

LITERASI & SASTRA, ESTORIA Komunitas Malatè Artspace kembali menghidupkan semangat literasi lewat program Ruang Malatè Vol. 11, yang kali ini menjadi panggung bagi peluncuran buku terbaru karya Romzul Falah berjudul Balai Desa dan Hantu-Hantu Nippon (dan Balada Orang-Orang Batuputih).

Acara berlangsung di Cangkir Café, Jalan Siwalan No. 21, Pangarangan, Sumenep, Jumat, 31 Oktober 2025 sejak pukul 13.30 WIB.

Momen ini menghadirkan nuansa sastra yang hangat sekaligus reflektif di tengah geliat komunitas budaya lokal.

Romzul Falah dikenal sebagai penyair muda kelahiran Sumenep tahun 2000-an yang tetap konsisten melahirkan karya-karya puitis dengan napas lokal yang kuat.

Dalam peluncuran bukunya kali ini, Daviatul Umam bertindak sebagai pemandu acara, sementara M. Faizi, sastrawan dan budayawan Madura, hadir sebagai pembicara utama yang membedah karya Romzul secara mendalam.

Diskusi ini menjadi ajang pertemuan ide, tafsir, dan refleksi atas realitas sosial yang terpotret dalam teks sastra kontemporer. Faizi menegaskan bahwa membaca karya sastra, khususnya puisi, bukan sekadar aktivitas sekali duduk.

“Membaca pertama adalah membuka lapisan pertama, dan membaca kedua menyingkap lapisan yang lebih dalam,” ungkap M. Faizi saat membuka sesi diskusi.

Buku Balai Desa dan Hantu-Hantu Nippon menampilkan tema sosial yang kompleks, dibingkai dalam gaya puitik khas Romzul Falah.

Ia mengajak pembaca menyelami lapisan-lapisan makna, dari yang paling personal hingga sosial, dari sejarah hingga ingatan kolektif masyarakat.

Puisi-puisinya memadukan sadisme dan sinisme secara subtil, tanpa perlu menampilkan kekerasan secara vulgar.

Dengan gaya naratif yang tenang, penyair ini menghadirkan ketegangan antara sejarah, luka sosial, dan perlawanan budaya.

Salah satu kekuatan buku ini terletak pada keberaniannya mempertahankan bahasa, kutipan, dan setting lokal.

Unsur kedaerahan tidak sekadar menjadi ornamen, melainkan identitas hidup yang tumbuh dalam teks sebagai ruang ingatan dan bentuk resistensi terhadap homogenisasi budaya.

Melalui Ruang Malatè Vol. 11, Malatè Artspace menegaskan kembali komitmennya sebagai ruang alternatif bagi tumbuhnya wacana sastra dan kebudayaan Madura.

Acara peluncuran buku ini adalah perayaan atas keberlanjutan tradisi berpikir, membaca, dan berdialog tentang kehidupan melalui karya sastra. (*)

Facebook Comments Box

Penulis : Amin Bashiri

Editor : Redaksi

Follow WhatsApp Channel estoria.id untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Berita Terkait

Lekstoria Estoria: Jembatan Bunyi dan Makna
Berita ini 27 kali dibaca

Berita Terkait

Jumat, 31 Oktober 2025 - 16:08 WIB

Malatè Artspace Luncurkan Buku Balai Desa dan Hantu-Hantu Nippon, Hadirkan Penyair M. Faizi

Senin, 1 September 2025 - 01:04 WIB

Lekstoria Estoria: Jembatan Bunyi dan Makna

Berita Terbaru