SAMPANG, ESTORIA – Aksi unjuk rasa yang menuntut percepatan Pemilihan Kepala Desa (Pilkades) di depan Gedung DPRD Kabupaten Sampang, Madura, berakhir ricuh, Selasa (28/10) sore.
Massa yang tergabung dalam Aliansi Masyarakat Bersatu memaksa masuk ke halaman kantor dewan untuk mendesak pemerintah segera menetapkan jadwal pelaksanaan Pilkades yang dinilai tertunda tanpa kejelasan.
Ketegangan mulai memuncak saat massa menerobos barisan aparat kepolisian yang berjaga di sisi utara Alun-Alun Trunojoyo.
Bentrokan tak terhindarkan ketika sejumlah peserta aksi melempar botol air mineral, tempat sampah, dan berbagai benda lainnya ke arah petugas.
Untuk mengendalikan situasi, polisi menembakkan gas air mata ke arah kerumunan. Sedikitnya delapan kali tembakan gas air mata dilepaskan untuk membubarkan massa yang semakin tak terkendali.
Akibatnya, sejumlah pengunjuk rasa mengalami sesak napas dan iritasi mata. Seorang lansia yang berada di lokasi bahkan dilaporkan pingsan karena paparan gas.
“Tadi ada orang tua roboh. Mungkin akibat keracunan gas air mata itu. Tapi langsung dilarikan oleh massa,” ujar Ibnu, warga di sekitar lokasi demonstrasi.
Koordinator lapangan aksi, Mausul, menyayangkan langkah aparat yang melarang massa mendekat ke halaman Gedung DPRD.
Ia menegaskan bahwa aksi mereka murni sebagai bentuk penyampaian aspirasi masyarakat.
“Kami hanya ingin menyampaikan aspirasi di depan Gedung DPRD,” katanya lantang saat orasi.
Mausul juga mengungkapkan bahwa sedikitnya enam orang pendemo harus dilarikan ke RSUD Sampang akibat sesak napas dan luka akibat benturan.
“Ada enam orang massa pendemo yang dilarikan ke RSUD,” tegas Mausul.
Pihak RSUD Sampang membenarkan adanya pasien yang masuk ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) pada sore hari. Namun, pihak rumah sakit masih menunggu laporan resmi terkait penyebab pasti mereka dirawat.
“Tapi tadi ada pasien yang dimasukkan ke IGD sekitar jam 15.30 WIB. Untuk penyebabnya kami masih belum mendapat laporan dari petugas,” ungkap Humas RSUD Sampang, Amin Jakfar Sodig.
Berdasarkan pantauan di lokasi, massa mulai berdatangan sejak pukul 14.00 WIB dengan berjalan kaki sambil membawa spanduk dan poster bertuliskan tuntutan agar Pilkades segera digelar.
Setiba di depan gedung DPRD, massa mencoba masuk namun dihalangi petugas yang berjaga di pintu gerbang.
“Kami minta aparat kepolisian tidak menjadi penghalang kami untuk menyampaikan aspirasi di depan Gedung DPRD bukan di jalan Raya,” kata Mausul.
Situasi semakin memanas saat massa tetap dipaksa mundur. Aksi saling dorong dan lempar benda tak terhindarkan hingga memicu baku pukul.
Polisi yang terdesak akhirnya melepaskan delapan kali tembakan gas air mata secara bertahap untuk memukul mundur massa.
Meski sempat terpukul mundur, para demonstran tidak langsung membubarkan diri. Koordinator aksi terus berorasi menyemangati peserta yang masih bertahan di sekitar lokasi.
Hingga sore hari, aparat kepolisian tetap bersiaga di area sekitar Gedung DPRD untuk mengantisipasi gelombang aksi susulan.
***






